Dewasa pilu, ingin Mati pun Malu

 

Dewasa pilu, ingin Mati pun Malu

 

Kecil menyakitkan tak terasa memeluk duri, tubuhku bersimbah darah, mata pekat dengan air mata yang sepertinya sudah bosan mengalir. Lantas aku bertanya ‘apa ini waktunya?’

Kata pertama yang kutulis untuk kita, untuk aku atau bahkan untuk kamu yang detik ini mungkin sedang terluka atau dilukai

Aku, anak kecil yang setidaknya baru sampai di dunia yang kata orang dewasa itu, keras. Dunia yang hanya diisi dengan banyaknya determinasi kehidupan yang dengan penuh kebencian. Dulu aku katakan, menjadi dewasa itu enak, keren, juga menyenangkan karena dapat pergi jauh tanpa ditemani bapak dan ibu lagi.

Aku kecil juga membayangkan bahwa bukan hanya aku yang ingin menjadi dewasa itu, tapi kawan kecilku juga punya ingin yang sama denganku. Seakan aku terus mencari kunci untuk dapat membuka pintu yang membawaku ke dunia yang aku dan kawanku inginkan.

Sebentar, apa ini delusi atau halusinasi pintuku sudah terbuka. Hei, aku sudah sampai. Kini, aku tapaki jengkal demi jengkal sudut baru duniaku.Terkejut bukan main, aku katakan “dunia apa ini?”

Awal kedatanganku semua terasa indah,aku dapat melakukan apa yang aku mau, kawanku banyak, aku merasa ini yang kucari selama ini, aku sangat menikmatinya. Kaki ku terus berjalan, hei tapi lihat aku sudah berjalan jauh, bangga bukan main, aku terus berjalan. Karena impian aku kecil, aku ingin jadi dewasa tanpa masalah dan banyak uang, sudah itu saja. Aku akan merasa hidupku cukup seperti itu.

Sampai waktu pagi tiba, sinar matahari menyilaukan mata dan membangunkan tanpa jera aku yang sedang tertidur pulas. Mataku gemerlap membuka, melihat kaca lalu tersenyum dan, “lagi-lagi mimpi yang mendelusikan kehidupan dewasa indahku yang dapat membuat iri”mata sembab bekas turun hujan dimata, kembali ke rutinitas yang sudah memuakkan.Kakiku mulai tegar untuk berjalan lagi, walau sepatu dan langkah sudah sangat lusuh.Aku sedikit berlari mencari tempat beratap untuk meneduh dari air yang tiba-tiba membahasiku, memesan minuman sederhana berwarna coklat ditemani pertunjukkan dunia yang sedang menangis, kurang lebih begitu kata ku dulu semasa kecil.

Tulisan kali ini akan ku tulis agak panjang, rangkaian kalimat yang dapat ku tulis setelah berbincang dengan kawanku.Hidup tidak seindah film drama seperti miskin, lalu berjuang, sampai akhirnya kamu akan kaya dan membeli apapun menggunakan debit card, atau film romantis yang menceritakan kisah patah hati, menghapus galeri foto, membuang kenangan esoknya bangkit lalu bertemu pengganti dan kamu akan bahagia menjadi ibu rumah tangga dengan anak dua. Begitu katanya dengan tawa sinis bak sudah muak dengan kehidupan. Aku hanya mengangguk seraya menyederhanakan katanya dan mencari makna.

Setelah itu, otak ku tidak berhenti mengolah kata demi kata menjawab pertanyaan demi pertanyaan, rasanya pikiranku di berondong membabi buta dengan macam pertanyaan disertai kecemasan dalam menjawab serta membayangkannya. Mataku sejenak tertutup seakan membayangkan semesta sedang memelukku seraya berkata ‘Tuhan, mengapa ketika anak kecil ini harus ada di dunia dewasa yang pilu, kejam dan menyeramkan. Tidak indah seperti imajinasiku saat aku masih membayangkan bahwa dewasa itu enak, keren dan menyenangkan? Tatkala setiap malam aku harus menenangkan diri sendiri dan menyederhanakan isi kepala yang semakin hari semakin rumit,  menangis jua ujungnya. Tuhan, apa aku harus mati disini, sekarang?’lalu, mataku terbuka dan membayangkan apa jika aku mati semua selesai? Ternyata, aku sadar lemah dengan menyerah itu berbeda, aku hanya sedang lelah bukan menyerah. Aku hanya butuh tarik nafas sejenak, bukan berhenti ditempat.

Jika kali ini aku boleh berpendapat, bagaimana aku memandang dunia sejauh ini, sebetulnya hidup itu seperti ilmu tak pasti, kita bisa saja memiliki cerita dan mewujudkannya tetapi tetap peran Sang Kuasa yang menentukan hasilnya. Untuk kamu,jikalau saja aku bisa membantu bersihkan lukamu akan ku lakukan, karena jika kamu terluka aku juga dapat merasakan sakitnya. Begitupun jika kamu sedih, aku ikut merasakan keresahanya. Kuasaku kali ini, hanya dapat membantu menenangkanmu. Kamu tidak sedang sendiri terluka, apa yang membuatmu cemas belum tentu menjadi cerita yang akan kamu lalui.Bersabar, walaupun kamu berjalan kamu akan tetap sampai. Walaupun berlari lebih cepat sampai, tapi hati-hati di perjalanan lebih baik daripada terburu-buru lalu terjatuh.

Baik, tulisanku akan selesai disini. Terimakasih untuk waktumu yang kau luangkan untuk membaca tulisanku.

Jangan lupa ikuti laman blog ini dengan klik Langganan

Dan follow instagramku @hlzsyh        

 

Komentar

Postingan Populer